Menyusuri Bengawan Solo Pada Masa Purba dan Era Modern
Bojonegoro Post - Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa, Indonesia dengan dua hulu sungai yaitu dari daerah Pegunungan Kidul, Wonogiri dan Ponorogo, selanjutnya bermuara di daerah Gresik. "Bengawan" dalam bahasa Jawa berarti "sungai yang besar". Di masa lalu, sungai ini pernah dinamakan Wuluyu, Wulayu, dan Semanggi (dieja Semangy dalam naskah bahasa Belanda abad ke-17) Sedangkan Bojonegoro sendiri terletak pada bagian hilir. sungai yang membentang luas melewati beberapa desa di Bojonegoro, Dan Bengawan Solo Juga sempat mengegerkan Bojonegoro Dengan adanya Festival Bengawan yang di adakan Pemkab dalam acara Hari Jadi Bojonegoro Ke 337.
NGI memberikan gambaran bahwa terdapat sebuah ceruk pantai berbentuk teluk di Pantai Sadeng daerah Kabupaten Gunung Kidul. Ceruk/teluk itu menjadi corong/muara akhir dari Bengawan Solo jaman Purba dari arah utara ke selatan. Matinya Bengawan Solo Purba dan berubah arah diduga akibat pengangkatan lembah Giritontro karena tumbukan lempeng Eurasia dan IndoAustralia yang telah menghentikan aliran Bengawan Solo Purba hingga satu juta tahun lalu. Sekarang diketahui bahwa muara Bengawan Solo adalah di Ujung Pangkah, Gresik, di Jawa Timur.
NGI, edisi Juni 2009 hal 77
Terlihat secara umum aliran Bengawan Solo Modern (warna merah jambu) dan Bengawan Solo Purba (warna biru)
Susah melihatnya dengan jelas apakah aliran itu cuma sudetan atas sungai kecil lainnya. Atau mungkin cuma anak Bengawan Solo.
Gambar di atas memang sangat meragukan.
Setelah di sudet sehingga alirannya kelihatan lurus.
Warna kuning adalah jalan raya.
Perhatikan dekat daerah Bungah, sungai mengarah lurus
ke atas (utara) menuju ke Ujung Pangkah
Demikianlah akhir penyusuranku ke Bengawan Solo Modern dan Purba melalui Google Earth.
Menyusuri Bengawan Solo Masa Purba dan Era Modern berdasarkan artikel dari National Geographic Indonesia (NGI) dan Wikipedia.org dan Sumber-sumber lainya yang diposting sebelumnya,